4mpat [sekawan]

Akhir-akhir ini sering beredar info mengenai jenis permainan untuk mengasah kemampuan anak di usia dini. Jujur saya merasa tertantang untuk mengaplikasikan mainan-mainan kreatif dengan modal murah tersebut. Tapi ternyata saya mengalami kesulitan untuk mengeksekusinya karena beberapa faktor.

Pertama: karena anak-anak belum memiliki kemampuan verbal komunikatif dua arah, sehingga mereka belum bisa secara kooperatif mengikuti permainan-permainan tertentu. Kedua: kurangnya manajemen waktu saya sehingga sehari-hari waktu saya didominasi dengan perkerjaan rumah dan terkadang ikut tertidur dengan anak-anak pada saat jam tidur siang. Ketiga: keterbatasan kreativitas saya dalam menciptakan mainan sederhana sesuai kebutuhan anak. Dan keempat, keterbatasan alat yang bisa dimanfaatkan untuk permainan anak-anak berhubung memang alat-alat dirumah saya sangat minim (poin terakhir terjadi karena kami masih nomaden dan saya bukan tipe yang senang melengkapi barang-barang ketika masih nomaden.. hehe #alasan).

Setelah merenungkan faktor-faktor di atas dan kemudian mendiskusikannya dengan suami, saya pun menyadari bahwa esensi dari permainan itu adalah optimalisasi kemampuan anak bukan penguasaan mainan. Dan konsep saya cukup keliru selama ini. Karena saya sering merasa gagal ketika anak-anak tidak mampu mengikuti arah permainannya. Meski ketika itu saya tetap melihat kemampuan lain mereka tengah berkembang meski permainan tidak mereka laksanakan sesuai arahan.

Kemudian saya terpikir untuk bisa mengarahkan jalan pikiran saya lebih tersistematis dalam usaha optimalisasi kemampuan anak. Sehingga saya melakukan pemilahan beberapa kemampuan yang pasti secara natural akan berkembang pada anak usia 0-5 tahun (golden age). Kemampuan ini akan berkembang lebih optimal apabila di stimulus dengan baik. Dan orang tua lah yang mengambil peran dalam hal ini.

Berikut 4 kemampuan yang saya rangkum dari berbagai sumber.

4 kemampuan anak yang harus diasah
1) motorik >> dancing, cooking
★ motorik halus
★ motorik kasar

2) sensorik >> art activity, mengenal tekstur, cooking
★ penglihatan
★ pendengaran
★ peraba
★ pengecap
★ penciuman

3) kognitif >> puzzle, menara balok, storry telling
★ problem solving
★ intelektual

4) sosial
★ kemampuan berteman
★ kemampuan berbaur
★ kemampuan adaptasi
★ kemampuan berkomunikasi
★ kemampuan berinteraksi

Setiap kemampuan bisa terjadi secara terkoordinasi dalam 1 kegiatan anak. Sehingga ketika hendak menciptakan permainan kreatif anak, tidak perlu harus terpatok pada satu kemampuan saja.
Nah sebenarnya banyak sekali kegiatan sehari-hari orang tua yang bisa melibatkan anak dan secara tidak langsung mengasah 4 kemampuan anak ini. So, kita sebagai orang tua yang merasa kurang kreatif tidak perlu khawatir. Jika merasa sempit waktu untuk bermain dengan anak-anak, ubah saja pekerjaan rumah menjadi sarana bermain dan belajar anak.

Berikut pekerjaan rumah yang bisa melibatkan anak-anak:
1) mencuci baju
Mencuci baju secara manual dengan melibatkan anak-anak selain bisa melatih kemampuan sensorik mereka melalui bermain air dan busa, juga bisa mengasah kemampuan motorik mereka ketika mereka mengeluarkan baju dari ember dan menggayung air dari satu ember ke ember lain.

2) menyetrika
Disini anak-anak tidak dilibatkan menyetrika secara langsung. Tapi anak-anak disugguhkan pemandangan bahwa baju perlu dirapikan. Anak-anak yang imitate tentunya akan meniru gaya kita menyetrika. Akan lebih terbantu ketika kita memberikan replika setrika untuk mereka. Selain itu mereka mengenal konsep panas. Dan mereka juga bisa belajar menyadari sebuah bahaya.

3) bersih-bersih rumah
Memang kegiatan yang satu ini biasanya sangat jarang berhasil. Kegiatan bersih-bersih jika melibatkan anak-anak tentunya tidak akan kelar. Namun jika kegiatan ini dilakukan rutin, maka anak-anak akan memahami bahwa bersih-bersih itu sebuah hal yang wajib. Artinya menjaga kebersihan itu penting. Selain itu anak-anak juga bisa diajarkan bertanggung jawab atas apa yang mereka lakukan, misal beres2 mainan mereka.

4) beribadah
Baik shalat, mengaji, berdzikir, atau pun menghadiri majelis ilmu dengan melibatkan anak2 menjadi sarana pendidikan religi sejak dini. Anak2 akan terbiasa melihat dan kemudian meniru segala sesuatu yang dilakukan orang tuanya.

5) berkebun

6) memasak

7) membaca

8) ....

Masih banyak ya tentunya. Variasi aktivitas kita sebagai orang tua bisa menjadi variasi aktivitas anak. Jadi, tidak perlu dibebani dengan aktivitas bermain dengan menggunakan media2 yang tidak kita miliki ya. Manfaatkan media dan kegiatan yang ada, dan lakukan pengamatan terhadap respon anak.

Saya juga masih belajar. Dengan segenap kesulitan, pasti ada kemudahan. Yang penting ikhtiar terus untuk menstimulus anak. Semangat ya...!

^^
Bandung, 14 Agustus 2015
10.21 PM
@ciwaruga jaya

0 komentar:

Posting Komentar